Sejak 2016, Indonesia Telah Swasembada Beras

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Tiga tahun dibawah kepemimpinan Presiden-RI Joko Widodo, pembangunan pertanian berkinerja sangat baik. Produksi padi, jagung, cabai, bawang merah dan lainnya meningkat. Peningkatan produksi 43 komoditas selama 2014-2016 memberikan nilai tambah Rp 318 triliun. Produksi meningkat memberikan nilai tambah yang terkonfirmasi tumbuhnya Produk Domestik Bruto (PDB) Petanian 2016 sebesar 3,25 persen dan pada triwulan-II 2017 tumbuh 3,33 persen (y-o-y) dan 8,49 (q to q). Neraca perdagangan sektor pertanian Januari-November 2017 surplus USD 14,77 miliar lebih tinggi 56,3 persen dibandingkan periode sama 2016. Sejak 2016 sudah swasembada beras, cabai dan bawang merah serta 2017 swasembada jagung. Petani semakin sejahtera terlihat dari indikator kemiskinan di pedesaan Maret 2015-Maret 2017 menurun 4,7 persen.

Swasembada Beras

Data BPS produksi padi pada ARAM-II 2017 sebesar 81,3 juta ton GKG naik dari sebelumnya 2016 sebesar 79,3 juta ton GKG dan 2015 sebesar 75,3 juta ton. Produksi 2017 naik 15,1 persen dibandingkan 2014. Produksi ini meningkatkan ketersediaan beras 45,5 ton sehingga surplus dibandingkan kebutuhan konsumsi sekitar 33 juta ton setiap tahunnya.

Surplus beras ini terkonfirmasi dengan data stock beras di BULOG November 2017 sebesar 1,16 juta ton cukup aman hingga April 2018 dan pada akhir Januari 2018 memasuki panen raya. Beras melimpah terkonfirmasi dari data stock beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tahun 2017 tinggi 2-3 kali lipat dibandingkan stock tahun 2012-2014. Selanjutnya data PIBC pada tiga bulan terakhir Oktober-Desember 2017 dimana stok beras Oktober 2017 sebanyak 53.196 ton lebih tinggi 28% dibandingkan periode sama 2016; November 2017 sebanyak 43.676 ton lebih tinggi 16%; dan Desember 2017 sebanyak 36.701 ton lebih tinggi 3,45% dari periode sama tahun 2016.

Sukses capaian swasembada beras ini juga ditandai dengan tidak ada impor beras konsumsi masyarakat umum. Bahkan 2017 telah ekspor beras ke Papua Nugini dan ke Malaysia, bantuan beras ke Srilanka dan Myanmar. Asisten Director General Food and Agriculture Organization (FAO) Kundhavi Kadiresan pada 12 Maret 2017 mengapresiasi atas pencapaian swasembada pangan Indonesia.

Sejak tahun 2016 Indonesia tidak impor beras umum. Data BPS tahun 2016 bersumber data pelabuhan bea-cukai menyebutkan impor beras 2016 mencapai 1,2 juta ton itu merupakan beras luncuran impor masuk Indonesia awal tahun 2016 dari kontrak impor Bulog November 2015. Data terkonfirmasi dengan jelas dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan bahwa pada 2016 hingga sekarang tidak ada rekomendasi dan ijin impor beras medium. Selanjutnya juga terkonfirmasi data BULOG bahwa impor awal 2016 itu luncuran impor dari kontrak BULOG tahun 2015. Jadi sejak 2016 Indonesia sudah swasembada beras dan tidak ada impor beras medium hingga Desember 2017.

Selanjutnya data BPS Januari-November 2017 ada impor sebesar 258.436 ribu ton, itu bukan impor beras konsumsi, namun beras beras pecah 100 persen alias menir untuk keperluan industri.

Program Terobosan

Sukses mencapai swasembada beras berkat berbagai program pengungkit produksi sejak Oktober 2014 hingga hingga sekarang yaitu (1) menerbitkan kebijakan dan anggaran pro-petani, (2) merevisi regulasi yang menghambat, (3) membangun infrastruktur rehabilitasi jaringan irigasi tersier 3,4 juta hektar, membangun 2.278 embung, cetak sawah dan optimasi lahan 1,08 juta hektar, pengembangan lajan rawa 367 ribu ha, (4) mekanisasi dengan alat mesin pra dan pasca panen 249.680 unit, bantuan benih, (5) membangun 1.313. desa mandiri benih, 714 desa mandiri organik dan (6) subsidi pupuk 27,64 juta ton sehingga berdampak langsung pada luas tanam dan produksi. Petani diberi kemudahan akses KUR sektor pertanian, asuransi perlindungan usahatani padi 1,2 juta hektar. Penanganan tata niaga beras, mengendalikan impor maupun mendorong ekspor turut memberi gairah petani berusahatani. Hasil langsung berupa luas tambah tanam (LTT) padi menjadi 16,39 juta hektar meningkat 2,34 juta hektar atau 16,65% serta Indeks Pertanaman (IP) 1,73 atau meningkat 2,95%, sehingga produksi padi meningkat signifikan.


Model pendampingan terpadu melibatkan 26 ribu penyuluh dan 19 ribu THL-TB, 52 ribu Babinsa TNI-AD, 8 ribu Mahasiswa/dosen dari berbagai PT, 10 ribu KTNA, serta 200 ribu Gerakan Pemuda Tani (GEMPITA) serta pengawalan Satgas KPK, Polri, Kejagung, BPKP serta kerjasama KPPU dan membentuk Satgas Pangan telah berkontribusi dalam kelancaran produksi dan meningkatkan pendapatan petani.

Kunci sukses swasembada beras ini berkat terobosan baru dalam membangun pertanian yakni: (1) sukses meminimalisir dampak El-Nino 2015 dan La-Nina 2016 sehingga produksi padi menjadi meningkat 5,2 persen saat El-Nino, (2) mengatasi paceklik musiman selama puluhan tahun diatasi dengan cara menanam padi sekitar 1,0 juta hektar per bulan Juli–September, hampir dua kali lipat dari luas tanam tahun-tahun sebelumnya, (3) membangun infrastruktur besar-besaran dan mekanisasi pertanian, (4) mengatur tata niaga pangan dengan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium dan premium serta mengendalikan impor beras.

Hasil capaian ini dapat kita dirasakan bersama, dimana pada saat Ramadhan dan Idul Fitri 2017 pasokan beras cukup dan harga stabil. Kondisi ini tetap berlanjut sampai saat ini serta dipertahankan terus hingga masa mendatang. Kebijakan dan program ini turut melindungi dan mensejahterakan petani, konsumen menikmati harga lebih murah dan pedagang tetap eksis dengan keuntungan wajar. (p/ma)